Kalau
nanti kau sudah lulus ingin jadi apa?
Apakah jawabanmu masih sama dengan jawaban sepuluh tahun yang lalu?
Kenapa kau
tersenyum?
Apa ada yang
aneh dari pertanyaanku?
Atau
pertanyaanku terlalu kekanakan sampai-sampai membuatmu geli untuk menjawabnya?
Kalau begitu
aku akan bertanya hal lain yang lebih mendalam, bolehkan?
Kira-kira siapa di dunia ini orang yang paling kau sayangi?
Coba jelaskan, aku ingin mengetahuinya sekarang.
Kenapa
lagi-lagi kau tersenyum?
Pipimu
memerah dan rona diwajahmu menjadi lain.
Apakah
pertanyaanku menyinggung perasaanmu?
Atau hal itu
terlalu privasi bagimu?
Hingga kau
tak ingin orang lain mengetahuinya?
Bahkan
mungkin aku sekalipun?
Kumohon
izinkan aku mengetahuinya.
Mulailah
bercerita dan akan kuperhatikan dengan seksama.
Aku yang
sedari tadi duduk didepanmu ini akan setia mendengarkannya.
Ceritakan
panjang lebar tentangnya.
Ternyata
dugaanku selama ini adalah tepat.
Aku akan
menahan senyum ini sampai pembicaraanmu selesai.
Terima kasih
karena sudah bersedia bercerita.
Hey, jangan
beranjak tetaplah di tempatmu.
Akan kuajukan
satu pertanyaan terakhir untukmu, bersediakah kau menjawabnya?
Kau
mengangguk dan itu tandanya kau setuju.
Baiklah jika
demikian.
Jika nanti kau sudah bekerja di tempat yang selama ini kau impikan
bisakah kau membantuku?
Membantuku
untuk tetap tersenyum dengan segala kondisiku sekarang.
Seperti sebelumnya kau membantuku, bukankah itu mudah bagimu.
Kau akan
tetap tinggal kan?
Kenapa kau diam?
Bukankah ini
seharusnya mudah?
Aku takut aku
benar-benar akan sendirian.
Bukankah kau
pernah bilang bahwa apa yang kita miliki hari ini adalah hasil jerih payah dari
beribu-ribu hari yang lalu?
Apakah aku
tidak termasuk dari jerih payahmu?
Lantas kenapa
kau bangkit dan ingin pergi tanpa mengutarakan apapun?
Tidak adakah
alasan pada diriku yang membuatmu tetap tinggal?
Atau, hanya
aku yang merasa bahwa kau sudah jauh berubah?
Kumohon
jangan pergi.
Aku butuh
bantuanmu saat ini.
Jangan pergi,
kumohon.
Karena
mungkin kita tidak akan bertemu lagi.
Komentar
Posting Komentar